Selasa, 03 Juni 2008

Arus Dunia itu begitu kuat

“kenikmatan Allah dalam bentuk menghindarkanku dari dunia lebih utama daripada kenikmatan-Nya berupa pemberiannya dalam urusan dunia. (Abu Hazim)

Saudaraku,
Tak satupun orang yang mau merugi. Tak mungkin ada orang yang senang memperoleh kesengsaraan dan pernderitaan. Apalagi bila kerugian, kesengsaraan dan penderitaan itu sifatnya abadi dan selama-lamanya. Tak ada juga orang yang mau menolak kesempatan hidup senang dan penuh kenikmatan. Apalagi bila keuntungan, kesenangan dan kenikmatan itu bersifat abadi.
Ya, inilah yang diuraikan oleh imam Ibnul Qayyim, “Bagaimana orang yang berakal mau menjual surga dan segala isinya dengan nafsu syahwat yang kenikmatannya hanya sebentar?”
Alangkah indahnya komentar seorang zahid, Yahya bin Mu’adz tentang hal ini saat ia mengatakan,”Pembangkangan terhadap Allah itu tidak mulia dan mengutamakan dunia atas akhirat itu adalah tidak bijaksana. Maksudnya adalah karena orang yang hina dan bodoh saja yang selalu melihat pada masalah syahwat saja, tapi tidak pada akibat yang ditimbulkannya.

Saudaraku,
Jangan terjebak jatuh mengikuti daya tarik duniawi yang memang sudah sangat menggiurkan itu. Ingatlah, bahwa yang akan lenyap itu disegerakan pemberiannya oleh Allah swt. Dunia ini tidak abadi, dan orang yang memilihnya dengan mengabaikan keakhiratan, bisa saja diberikan oleh Allah sebagai kenikmatannya. Tapi hal itu akan berakibat mengharamkan kelezatan akhirat yang abadi.
Syaikhul Muhammad Al Maraghi mengomentari firman Allah swt yang artinya,”Barang siapa yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) maka kami segerakan baginya kehidupan di dunia itu apa yang Kami kehendaki, bagi orang yang Kami kehendaki, dan Kami tentukan baginya neraka jahannam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (QS. Al Isra : 18 )
Menurutnya yang dimaksud ayat tersebut adalah orang yang menginginkan dunia segera.”Untuk dunia ia bekerja dan berusaha, untuk dunia ia berharap, tidak yakin dengan hari akhir, ia tidak berharap pahala, tidak takut pada hukuman Allah atas apa yang ia kerjakan. Allah swt akan berikan bagiannya di dunia sebagaimana Allah kehendaki dari keluasan rezki, dan keluasan penghidupan. Kemudian Allah tempatkan ketika ia sampai di akhirat jahannam dalam kondisi tercela karena ia sedikit bersyukur dan karena keburukan amalnya.” (Tafsir Al Maraghi, 5/27 )

Saudaraku yang dikasihi Allah swt,
Kita jadi mengerti latar belakang sikap para sahabat dan para salafushalih lainnya yang sangat takut dan sensitive pada harta dunia. Hingga salah seorang mereka begitu waspada melihat berkucurnya nikmat duniawi pada salah seorang dari mereka. Lihatlah bagaimana perkataan Abu Halim Salmah bin Dinar, seorang tokoh generasi tabi’in yang mengatakan,”jika engkau mendapati Allah swt memberikan nikmat-Nya kepadamu dalam kondisi engkau melanggar perintah-Nya maka berhati-hatilah.” (Shifatush Shafwah 2/157 )
Abu Hazim juga yang mengatakan,”kenikmatan Allah dalam berntuk menghindarkanku dari dunia lebih utama daripada kenikmatan-Nya berupa pemberian-Nya dalam urusan dunia. Karena aku melihat Allah swt memberikan dunia pada suatu kaum, tapi kemudian kaum itu hancur.” (Siyar A’lam Nubala, 6/985 )

Saudaraku,
Mari kuatkan pegangan tangan kita pada tali iman. Karena tarikan dunia sungguh menawan dan mampu menarik kita untuk mengikuti arusnya yang semakin deras. Betapa banyak waktu yang telah kita gunakan untuk kepentingan duniawi, ketimbang kepentingan akhirat. Mengena sekali ungkapan seorang tabi’in yang bernama Aun bin Abdillah,”Sesungguhnya orang-orang sebelum kami mereka menjadikan dunia sebagai sisi dari kepentingan akhirat mereka, sementara kalian menjadikan akhirat sebagai sisa dari kesibukan dunia kalian.” ( Shifatush Shafwah, 3/101 )
Kenali dan sadarilah bahayanya arus dan tarikan dunia. Insafilah bahwa dunia itu memang penuh badai fitnah yang bisa menghancurkan hidup seseorang. Jiaa kita terus menerus lalai dari akhirat dan membeli dunia dengan mengorbankan akhirat, maka kita sungguh berada dalam bencana dan ancaman bahaya yang sangat besar. Menyeret pada kemaksiatan yang mungkin menjadi penutup usia yang Allah berikan selama ini.”Ya Allah, lindungi kami dari akhir hidup yang buruk…”
Zainal Abidin Ali bin Al Husein pernah ditanya,”Siapakah orang yang paling terancam bahaya?” Ia mengatakan,”Yang tidak melihat dunia sebagai bahaya untuk dirinya.” (Uyun Akhbar, 2/230 )
Lari dari dunia tidak berarti meninggalkan dunia secara keseluruha kemudian membiarkannya dikuasai orang-oran gpenghamba nafsu untuk digunakan semau mereka. Sementara kita lebih memilih miskin dari kaya. Lari dari dunia berarti tidak menjadikan dunia cita-cita akhir dalam hidup. Tidak menempatkan dunia di atas kepentingan akhirat. Tidak menyediakan aktivitas untuk dunia dengan mengabaikan aktivitas untuk akhirat. Dunia yang tidak menyibukkan kita dari ibadah kepada Allah swt yang menciptakan kita untuk beribadah.

Saudaraku,
Setidaknya ada dua hal yang penting yang kita garis bawahi dari firman Allah swt surat Al Isra ayat 18, tentang pilihan orang yang jatuh pada dunia. Meski dalam ayat itu Allah menyebutkan akan memberi dunia kepada orang yang menghendaki kesegeraannya di dunia, tapi pemberian itu terikat dengan dua syarat:
Syarat pertama, Allah sebutkan pemberian itu adalah sebatas “maa nasyaa” yang artinya sebatas yang Allah kehendaki untuk disegerakan. Bukan sebagaimana kehendak orang yang menginginkannya. Karena itu kita juga banyak melihat orang yang menghendaki kesegeraan kenikmatan harta di dunia pun tidak memperoleh apa yang ia inginkan sepenuhnya. Syarat kedua, firman Allah itu juga diiringi dengan ungkapan “liman nuriidu” yakni kepada siapa yang Kami kehendaki. Artinya, tidak semua orang juga memperoleh itu kecuali yang Allah kehendaki. ( Tafsir Al Maraghi, 5/27 )
Maka jelas-jelas rugilah orang yang menghibahkan hidupnya hanya untuk dunia. Karena belum tentu ia memperoleh kenikmatan yang diingini, tapi ia dijamin dengan kesengsaraan yang tidak terkira.

2 komentar:

Ai Cahyati mengatakan...

waaaaah, sungguh pengalaman yang menarik...

Anonim mengatakan...

benar sekali
dunia hanya sementara, nisbi
bukan yg hakiki
nice post^^

oiya, dalam rangka memeriahkan hari sumpah pemuda, kami mengadakan Sayembara Menulis dua aksara.
untuk informasi lebih lengkapnya silakan diklik di link ini

http://matakatakita.wordpress.com/sayembara-cerpen/

terimakasih


salam,
MKK